Selasa, 04 Juni 2013

Synchronization

Tenang! Jangan galau dulu. Postingan ini tidak berbahasa inggris, kok. hahaha. Hanya judulnya aja yang berbahasa Inggris. Entah kenapa di suatu malam yang sepi, sunyi, dan sendiri, tiba-tiba muncul sebuah kata tersebut.

Synchronization atau Refresh, sama saja.
Iseng-iseng mencari sebuah definisi dari kamus gratis:
syn.chro.nize - To occur at the same time; be simultaneous.
Ternyata maknanya adalah untuk terjadi di waktu yang sama; secara berkelanjutan. Jadi mikir sendiri. Selain banyak definisi hidup di luar sana, mungkin hidup itu adalah sinkronisasi (baca: penyelarasan, adaptasi, nyama'-nyama'in).

Di kehidupan kita sehari-hari, pastinya kita selalu melakukan penyelarasan. Entah itu sama teman, orang tua, pacar, atau masyarakat yang bahkan nggak kita kenal. Setiap harinya, kita selalu bertemu orang dan menyesuaikan diri dengan orang lain. Hal yang paling simpel aja deh. Kalo ditanya "Apa kabar?" sama temen kita pasti lah kita ngejawab. Entah dengan jawaban yang biasa aja ("Baik, kamu?") atau jawaban yang agak sedikit di luar norma ("Aku lagi galau! Karena aku terlalu ganteng"). Masa iya ditanya nggak jawab? Ntar malah disangka schizophrenia, dan harus dibawa ke psikolog.

Jadi makin mikir. Stimulus - Respons mungkin juga bentuk sebuah sinkronisasi kali yak. Yang namanya stimulus pasti ada respons. Seperti contoh di paragraf sebelumnya. Kalo ditanya, ya dijawab. Kalo dikasih, ya diterima/ditolak. Kalo p.d.k.t., ya direspon. Tapi, kalo udah p.d.k.t. gak direspon, gimana, dong? #curhat

Intinya, sinkronisasi, apapun bentuknya, pasti selalu ada di kehidupan kita sehari-hari. Selain sinkron sama orang lain, juga harus bisa sinkron dengan masyarakat. Setiap masyarakat punya aturan sendiri dimana kalo kita ikut aturan tersebut, berarti kita adalah orang yang sinkron, sesuai dengan lingkungan tersebut. Orang yang gak bisa nyinkron dirinya dengan orang lain, pasti dianggap aneh, sakit, ataupun lebih parah lagi, dibenci orang lain.

Makin mikir. Akhirnya orang-orang membuat aturan mainnya sendiri. Terciptalah orang-orang yang bisa disebut 'unik'. Orang-orang yang pake baju kulit lusuh, sepatu boots, rambut mohawk, dan ber-piercing disebut sebagai anak Punk. Orang-orang yang suka sesama jenis disebut 'homosexual', dan orang-orang yang beribadahnya di Mesjid itu orang 'beragama Islam'. Pada dasarnya, setiap orang punya aturan main sendiri, kan? Orang-orang yang punya aturan main sesuai, akan pergi bergabung dengan orang-orang dengan aturan main selaras. Terbentuklah apa yang disebut masyarakat. Artinya, sinkronisasi itu udah otomatis.

Berarti, orang-orang yang tidak mengatur sinkronisasinya, akan terbawa arus oleh sinkronisasi otomatis yang sudah terjadi pada alam! Bagus deh kalo alam membawa sinkronisasi kehidupan kita menjadi lebih baik. Yah kalau lebih buruk? PR banget deh.

Baik-buruk pun terjadi akibat dari sinkronisasi nilai juga. Ada yang setuju bahwa minum dan merokok itu boleh, untuk melepas stress dan alasan sejenis. Ada juga yang bilang bahwa minum dan merokok itu tidak boleh, karena dilarang agama, tidak mencerminkan pribadi yang baik, dan alasan sejenis. Berarti, ada banyak standar sinkronisasi dong, ya!?

Akhirnya, kembali lagi ke manusia itu masing-masing mau menyinkronkan diri seperti apa. Bila tidak menyinkronkan diri, ya akan terikut oleh arus sinkronisasi otomatis yang dilakukan oleh alam. Daripada di PHPin oleh alam, mendingan mulailah menata diri dengan nilai dan paradigma yang jelas. Supaya kalo yang namanya hidup tuh punya prinsip. Prinsip yang jelas membuat lebih gampang membedakan mana yang benar atau yang salah, dan kita jadi lebih punya kontrol terhadap diri sendiri.

Prinsip apa yang paling hakiki? Banyak sih. Tapi bagi gue, lebih mudah untuk menggunakan prinsip Tuhan. Udah jelas ada kitab sucinya, tinggal ngikutin. Manusia yang mengikuti prinsip Tuhan tersebut pun benar-benar sukses dunia akhirat, yaitu Nabi Muhammad S. A. W. Yah, kembali ke individu masing-masing aja sih, hehehe.