Kamis, 04 Juli 2013

Merenung: Ketika Saya Memilih Untuk Kuliah

Selamat malam, dunia. apa kabar malam ini? Semoga kamu baik-baik saja, dan tetap memberikan ketenangan batin bagi mereka yang selalu bersyukur. :)

Gue jadi inget beberapa tahun yang lalu, ketika gue baru lulus SMA dan mulai memilih universitas yang akan gue pilih menimba ilmu nantinya.

Dulu, gue sangat jatuh cinta dengan komunikasi. Entah kenapa kayaknya komunikasi menjadi pilihan yang pas untuk orang-orang bertipe seperti gue. Tapi, paradigma itu berubah ketika gue mendengar "psikologi". Ketika mendengar jurusan itu, entah kenapa gue semacam terpanggil untuk masuk ke jurusan itu, dan memilihnya sebagai jurusan yang akan gue konsenterasikan. Selidik punya selidik, ternyata psikologi belajar tentang kondisi jiwa dari manusia. Wah, makin asik nih.

Akhirnya gue bertekad untuk masuk ke jurusan psikologi. Waktu itu gue memilih di salah satu universitas negeri yang terkenal di Indonesia. Awalnya gue memilih masuk situ, karena gue yakin universitas itu mempunyai kualitas yang terbaik dan bisa memberikan gue ilmu yang bermanfaat. Ditambah lagi orang-orang yang masuk di dalamnya pasti orang-orang yang berkualitas juga. Gue pasti dapet teman-teman yang berkualitas pula.

Kemudian, mulailah gue berusaha untuk mendapatkan almamater tersebut. Singkat cerita, gagal. Gue mendapatkan jurusan sastra bahasa indonesia di almamater lain (sekitar daerah jawa barat, universitas negeri juga tentunya), dan gue tidak mengambilnya. Gue memutuskan untuk tidak kuliah tahun tersebut.

Kemudian, gue pergi magang, dan singkat cerita, ternyata gue punya tujuan baru dalam kuliah.

Waktu itu gue berpikir, gue hanya bisa mendapatkan teman-teman berkualitas di universitas yang punya kualitas. Tetapi gue merubah pemikiran gue. Tujuan gue kuliah adalah memperbanyak teman, dan teman gue tidak hanya dari universitas gue saja, tetapi gue juga harus mendapatkan teman-teman dari universitas lain. Pokoknya, walaupun gue kuliah di universitas swasta, gimana caranya gue harus bisa dapet temen dari universitas negeri.

Kemudian, gue mencoba lagi tahun berikutnya. Pada akhirnya, gue mendapatkan Universitas Pancasila sebagai pilihan gue, dan fakultas psikologi sebagai jurusannya. Alhamdulillah.

Gue dan teman-teman ketika Penerimaan Mahasiswa Baru. Masih polos yah.
Mulailah gue berkuliah, mengikuti organisasi senat dan BPM di fakultas. Belajar tentang bagaimana berkreasi di sebuah organisasi, dan menyelesaikan masalah-masalah di dalamnya. Baik itu masalah yang ecek-ecek sampai masalah yang serius.
Sema F. Psi-KMUP periode 2012-2013

Tiba-tiba, lembaga mahasiswa fakultas gue "berkawan" dengan Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia, yang mana disitu merupakan sebuah kumpulan Lembaga Mahasiswa jurusan Psikologi yang melakukan kerjasama antara yang satu dengan yang lainnya.

Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia. Hayo, gue dimana?

Gue pun berpikir: "Wow! akhirnya gue bisa punya temen universitas lain, nih!". Dan gue pun kenalan dari orang-orang yang mengurus organisasi lembaga mahasiswa di tiap universitas. Gue kenal orang-orang dari UI, UIN Jakarta, UNISMA 45 Bekasi, Universitas Mercubuana, Universitas Al-Azhar Indonesia, dan masih banyak lagi.

Bahkan, ketika gue mengikuti musyawarah nasional organisasi tersebut, gue berkesempatan bertemu dengan orang-orang dari pulau lain. Gue kenal orang-orang dari sumatera sampai makassar. Gue bisa kenalan dengan orang-orang dari timur ke barat se-Indonesia! Wow! Bener-bener bahagia sekali. :)

Dan tujuan gue pun terwujud untuk mendapatkan teman sebanyak-banyaknya, dan memperluas pertemanan gue. Gue sangat bersyukur kepada Tuhan karena entah kenapa semuanya yang tiba-tiba menjadi begini. Nggak sangka, gue dapet ini semua bukan dari universitas yang gue inginkan dulunya.

Bahkan, di dalam universitas sendiri gue juga banyak ketemu orang-orang yang brilian dan punya ide fresh, serta orang-orang yang yang punya kualitasnya sendiri-sendiri.

Mengingat ini semua, gue sadar bahwa Tuhan punya cara misterius untuk memberikan keinginan kita. Dan nggak disangka, tujuan itu tercapai. Mungkin jika gue memutuskan untuk tidak masuk ke jurusan psikologi yang saat ini gue naungi, gue akan bernasib lain. Mungkin gue nggak akan ketemu orang-orang yang gue kenal saat ini, dan juga mungkin gue nggak akan ketemu dia.

Dan mungkin untuk kamu yang sedang membaca artikel ini, yang sedang dalam kebingungan untuk memilih universitas mana yang akan kamu pilih untuk menimba ilmu, cuman satu pesan gue: beranilah. Kesuksesan kamu di perkuliahan bukan ditentukan dari seberapa terkenalnya almamatermu, tapi bagaimana kamu bisa menjadi manfaat untuk orang lain. 

Tentukanlah tujuanmu untuk kuliah, in sya Allah, Tuhan pasti mengabulkan. :)