Rabu, 17 April 2013

Sajak Kematian

Diujung malam, dipojokan kamar.
Terdiam, dingin, kaku.
Mencoba memecah kebisingan.
Tidak bisa.

Selimut, mana selimutku!?
Menutup seluruh tubuh dengan selimut.
Nyaman, Aman, Tentram.
Sayangnya hanya sementara.

Terdiam, dingin, kaku.
Selimut pun tak mampu menahan.
Perlahan, keluar.
Menyakitkan.

Hilanglah semua rasa.
"Man Robbuka?"

Jumat, 05 April 2013

Pengemis Cinta.

Untukmu yang pernah kurindukan.

Telah sampai dimana harapan dan kenyataan menjadi tak senada.
Merebut raut muka yang riang gembira menjadi hampa tak berjiwa.
Senyum manis yang tertahan dibalik murka, gelisah, dan kecewa.
Melindungi Ego semata, mencari penalaran dibalik duka.

Nestapa.

Menggeliat dalam jiwa.
Merebut kebahagiaan.
Merasuki rasa.
Merasa inilah akhir dunia.

Kau, yang kucinta.
Kau, yang kusayang.
Kau, yang kuharapkan.

Mungkin kau tak kan penah ku gapai cintanya.

Aku hanyalah orang tanpa kuasa.
Tiada mampu menjaga asmara yang bergelora.
Walau ku tahu hasratku berteriak, "merdeka!".
Tanpa ruang mencinta, hanyalah hampa yang terasa.

Salah siapa?

Bukan kamu,
Tapi aku,
dan Ego ku.

Diriku yang terbutakan oleh cinta yang semu.
Disetir dengan hasrat sayang yang tak berbatas.
Ditakuti oleh bayang-bayang kehilanganmu.
Disesatkan oleh cinta muslihat,
Menjadi pengemis cinta yang tak terhormat.

Bagaimana bisa ku membuatmu bahagia,
Sedangkan diriku hanya bisa meminta?

Malam itu, kudekap dirimu dalam pelukanku.
Mencurahkan seluruh rasa yang sudah tak terbendung.
Sambil menghayati satu kalimat perpisahan,
Selamat tinggal cintaku.

Sekarang kusadari,
Keputusanmu tepat tuk tak bersama ku.
Aku hanyalah menjadi beban bagimu.
Tinggalkan aku.

Ku yakin, kau akan mendapatkan seseorang,
Yang lebih baik dariku.

Satu hal yang membuatku bersyukur,
Bahwa aku masih perlu belajar mencinta.

Terima kasih untukmu,
Seseorang yang akan selalu ku rindukan.